THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 10 Oktober 2011

" Kata maav yang terlambat "

       Hari ini cuaca tak biasanya gelap. Awan - awan seakan menangis, tak biasa nya langit gelap muncul di pagi hari. Emosiku masih terasa meledak - ledak di dalam dada ku. Andai saja mereka bukan orang tua ku, pasti aku sudah tidak akan peduli lagi pada mereka. Aku benar - benar tak tahan dengan sikap mereka yang terlalu mengekang hidupku. Ingin rasanya aku pergi dari rumah ku yang ku anggap neraka ini, aku tak peduli lagi dengan apa yang mereka katakan terhadapku, aku benar - benar benci pada mereka.
       Aku rapihkan semua peralatan sekolahku, tak lupa satu bungkus rokok neo mild ku masukan kedalam kantong tas ku. Aku ambil sarapan pagi ku diatas meja makan, tatapan dingin yang kuterima dari kedua mata orang tua ku. Aku merasa aku tidak di perlukan di kehidupan mereka, mungkin aku hanyalah anak yang gagal, pikirku dalam hati. aku memang tidak seperti kakak - kakak ku yang berprestasi, aku hanyalah sampah dalam keluarga, aku benar - benar muak. Aku ingin teriak sekencang - kencangnya. Aku hisap salah satu batang rokok ku dalam - dalam, dan aku hembuskan asap nya ke udara. kupacu sepeda motorku menuju sekolahku.
       " kamu kenapa ngerokok di sekolah ren ? " tanya rani padaku.
       " suka - suka gw dong " jawab ku singkat
       " nanti ketahuan guru gimana ? aku cuma ngingetin kamu aja kok ren " balasnya.
    Aku hanya diam saja, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
       
       " bahasa latin dari tumbuhan kacang hijau adalah ? "
   Guruku menerangkan tentang pelajaran biologi di kelasku. pelajaran yang sama sekali tidak aku suka.

      " sebenarnya apa mau kamu ? # plakk "
   Satu tamparan mendarat di pipi kiriku. Aku menatap mata ayahku dengan tatapan kebencian. Andai saja dia bukan ayahku, pasti aku sudah membunuhnya. Aku menatapnya dengan tatapan penuh benci dan mulai berlalu melewatinya. Satu - satunya orang yang aku benci adalah ayahku sendiri. Dia menikah lagi dengan perempuan lain setelah ibuku meninggal dunia beberapa minggu yang lalu dan ibu tiriku sama sekali tidak peduli padaku, dia hanya cinta pada ayahku, tidak pada ku. Aku serasa hidup sebatang kara, kedua kakak ku pergi kuliah ke luar negeri, dan hanya ada aku , ayahku, ibu tiriku dan mbo minah yang mengurus rumahku.  Tiba - tiba terdengar suara pak andi memanggil nama ku. " RENDI....... BANGUN " teriakannya terasa dekat ditelingaku. Astaga aku ketiduran di kelas pikirku. Aku mendapat hukuman darinya, aku diperintahkan untuk membersihkan WC pria selama tiga hari, benar - benar hari yang menyebalkan.
   
     " mau langsung pulang ? "
   Rani menyapaku dengan senyuman manisnya.
    " mungkin iya, kenapa sih lo pengen tau mulu semua aktivitas gw ? " tanya ku padanya dan dia jawab dengan senyuman manisnya, menyebalkan.
   " ikut aku dulu " ajaknya.
   " kemana ? " jawabku singkat.
   " ikut aja " balasnya.
          Mau apa rani mengajakku ke panti asuhan seperti ini ? tanya ku dalam hati.
   " ini tempat aku dibesarin dari kecil " ucapnya. " seharusnya kamu beruntung karena sebagian keluarga kamu masih ada di kehidupan kamu, harusnya kamu bersyukur, kamu tau rasanya gak punya orang tua sejak kecil seperti aku ? aku tahu apa yang kamu rasain saat kamu kehilngan mama kamu, tapi bukan berarti karena mama kamu gak ada, kamu bisa berubah jauh seperti ini, mana rendi yang dulu yang selalu berprestasi ?. seharusnya kamu tunjukin ke almarhumah mama kamu , kalau kamu bisa jadi anak yang baik dan bisa di banggain ayah kamu, jangan malah ngancurin hidup kamu kaya gini ". Aku terdiam mendengarkan kata - katanya. " kamu tau alasan kenapa aku bisa kuat sampai sejauh ini ? " Aku tak menjawabnya. Aku hanya diam seribu bahasa. " jawabannya karena sebenarnya orang tua kita gak sepenuhnya pergi dari hidup kita. mereka selalu ada di hati kita, menjaga kita, mengawasi kita dari sana, dan menenangkan hati kita disaat kita termenung karena masalah". Kata - katanya benar - benar membuat hatiku tersentuh. Tak terasa air mataku jatuh tak tertahankan. " jadi minta maavlah ke ayah mu sebelum kamu kehilangan dia juga ". Benar kata rani, aku harus meminta maav atas semua kesalahan aku padanya. Aku benar - benar berjanji pada diriku sendiri bahwa aku pasti akan menjadi anak yang baik dan bisa membanggakan beliau. aku hapus air mataku, aku berjalan menuju rumahku, tetapi di gang masuk rumah ku terlihat bendera kuning terpasang disana. Hati ku tiba - tiba tak karuhan, aku simpan sepeda motorku di warung depan gang rumahku. Aku sedikit berlari, banyak sekali orang disana, aku mulai berlari kencang dan ternyata keramaian itu berasal dari rumahku. Aku bergerak memasuki rumahku , aku melihat kedua kakak ku menangis, tak jauh beda dengan mbo minah dan ibu tiriku. Aku benar - benar tersentak ketika melihat sosok ayahku sedang terbaring dan diselimuti kain kafan. aku benar - benar menangis, ya benar aku menangis. aku menangis dengan ironis, aku berteriak memanggil ayahku. " ayaaaaaahhh ". Air mataku terasa menghujani seluruh tubuhku. " ayah maafkan rendi, maaf karena selama ini gak bisa jadi anak yang baik, maav karena rendi selalu ngecewain ayah, ayah maavin rendi ". aku menangis sejadi - jadinya. Aku tahu, percuma aku berbicara seperti itu sekarang, karena mungkin ayahku tak bisa mendengarkan kata - kata ku lagi. Itu semua hanya menjadi sebuah kata maaf yang terlambat dan yang tersisa hanya rasa sesal yang mengendap dan menyelimuti hati ini.






                                                                                               Short Story by : Kikis charisma

2 komentar:

Everything's About Live mengatakan...

nice,, wlpn kesan endingnya masih terasa dibuat2

Kikis Charisma mengatakan...

@ ayu : thnx ayu buat masukannya,, hehe ^.^